Jumat, 13 Mei 2016

WAKTU BISA MERUBAH SEGALANYA



  1. Masa kecil 
Cerita ini diawali dari saat saya masih kecil, saat itu saya masih anak pertama tanpa ada saudara. Saya adalah anak yang pendiam, dimana di kehidupan saya hanya melakukan aktifitas didalam rumah mulai dari makan, tidur, bermain video game, menonton tv, dan aktifitas lainnya yang dilakukan didalam rumah. Berbeda dengan anak-anak tetangga yang lain di saat usia yang sama seperti saya mereka sudah berbaur dengan teman yang lainnya yang rumahnya bersebelahan satu sama lain. Jika dipikir-pikir kadang saya merasa heran sendiri, karena secara saya adalah anak yang pendiam dan kehidupan saya saat itu monoton didalam rumah dan juga sempat terpikir dibenak saya seperti :
“kenapa kok kulit saya hitam ? padahal saya selalu berada didalam rumah, biasanya yang jarang terkena sinar matahari kulitnya putih-putih.”
  Dan harus saya akui bahwa saat saya masih kecil itu hitam, jelek, botak tapi tolong untuk yang membaca jangan terlalu over membayangkan bagaimana jeleknya saya saat itu karena jeleknya saya tidak parah-parah amat kok. Karena kehidupan saya yang terisolasi dari dunia luar membuat saya agak canggung jika ada anak yang usianya sebaya dengan saya berkunjung ke rumah saya bersama orang tuanya. Orang tua kita saling memperkenalkan satu sama lain agar kita bisa berteman. Yang saya lakukan saat itu adalah memandang anak tersebut dengan tatapan keheranan. Saya berpikir “kenapa ada anak seperti ini ?, kenapa tinggi kita sama ?, berasal dari mana ini anak ?”. Mungkin inilah akibat tidak tersentuh kehidupan sosial diluar rumah. Dan pada akhirnya kita berteman dan itu menjadikan dia sebagai teman pertama saya, dan sampai cerita ini dibuat saya tidak dapat mengingat siapa teman pertama saya saat itu, karena dia berkunjung kerumah saya hanya beberapa hari setelah itu mereka pergi dan saya pun melupakannya.
   Pendaftaraan sekolah dasar pun dibuka, saya yang berusia 7 tahun sudah siap untuk menempuh jenjang pendidikan. Sama pada setiap anak lainnya saat pertama kali masuk sekolah mereka terkesan malu-malu, ada yang nangis, ada yang tidak mau masuk kelas, ada yang minta ditemanin oleh orang tuanya saat didalam kelas dan lain-lain. Saya termasuk anak yang ingin ditemanin orang tua saat hari pertama sekolah. Dan untungnya saat itu pihak dari sekolah memberikan toleransi kepada orang tua untuk menemani anaknya belajar didalam kelas namun untuk hari ini saja. Dihari berikutnya, mungkin sebuah malapetaka buat saya, dimana saya adalah anak yang anti sosial dan tiba-tiba harus bersosialisasi dengan teman-teman satu kelas, orang tua tidak diizinkan masuk ke kelas. Mati gaya adalah dua kata yang saya alami hari itu. Masih teringat jelas beberapa anak dengan tampilan yang khas dan juga aneh, seperti  anak yang selalu mengeluarkan ingus dari hidungnya lalu menjilatnya, ada lagi anak laki-laki memakai tas barbie dan juga ada anak yang sangat aktif dalam berbicara. Saya tidak termasuk anak dengan ciri khas yang aneh, mungkin kalo dikategorikan ciri khas saya adalah anak yang super pendiam. Dan yang paling ingat dari semua kejadian saat baru pertama masuk sekolah adalah saat dimana saya harus memperkenalkan diri didepan kelas dihadapan seluruh teman-teman saya. Mau tidak mau saya pun mengikuti nya, dan yang terjadi adalah semua badan gemetaran, mulut kaku tak bisa mengeluarkan kata-kata apapun, saya sudah terlihat seperti anak autis yang hanya bisa berdiri didepan sambil mengeluarkan keringat karena terlalu amat gugup. Saya tidak tahu saya harus berbuat apa, karena pada awalnya memang ini pengalaman pertama saya. Dan akhirnya guru sang penyelamat pun membimbing saya dalam mengucapkan kalimat perkenalan dan hari itu juga pun terlampaui. Disaat sudah beberapa bulan menjalani kehidupan sosial disekolah, saya pun mulai terbiasa dan juga mulai bisa berinteraksi dengan teman lainnya. Satu hal yang saya ingat dari teman saya namanya Santi adalah kejadian dimana dia mencret didalam kelas tapi tidak segera memberi tahu guru didepan, anak-anak yang lain pun keheranan dengan bau yang mereka cium dan akhirnya lama-kelamaan Santi pun ketahuan dan akhirnya disuruh pulang oleh guru. Setelah kejadian itu munculah sifat negatif anak-anak lainnya yaitu membully, tidak bisa dipungkiri jika disetiap sekolah pasti ada anak yang selalu dijadikan bahan bullyan. Dan Santi itulah yang akhirnya menjadi bahan bullyan anak-anak setiap harinya. Saya tidak termasuk yang membully, tapi saya hanya ikut tertawa jika teman yang lain ikut membully Santi. Memang kejam mungkin saat itu, tapi mau bagaimana pun saat itu kita masih anak-anak belum terpikiran bagaimana perassaan orang yang dibully yang dipikirkan hanya yang bersifat lucu-lucuan saja. Karena terlalu sering mendapatkan bullyan dari teman-teman yang lainnya, Santi pun pindah sekolah dan semenjak itu kegiatan membully tidak terjadi lagi didalam kelas.
Disetiap kelas pasti selalu ada satu cewek yang paling cantik dikelas. Saya masih mengingatnya sampai sekarang, namanya Selviani. Di masa itu lagi booming-boomingnya lagu sheila on 7 yang berjudul Sephia, jadi dimana ada yang menyanyikan lagu itu pasti teringat dengan Selviani. Selviani memang cantik, semua laki-laki dikelas selalu menggodanya. Saya termasuk orang yang tertarik dengan Selviani, saya belum mengerti apa itu cinta tapi tau apa itu pacaran karena sering menonton tv, rasanya ingin sekali bisa seperti teman-teman yang lain yang dengan mudahnya bicara dengan Selviani. Tapi apa daya saya yang tidak bisa berbuat apa-apa, jangankan dengan cewek cantik yang saya suka, dengan teman baru biasa pun saya kadang merasa canggung. Dan akhirnya ada sebuah kejadian dimana aku berbicara dengan Selviani, saat itu posisi duduk dikelas tiap minggunya bergantian satu sama lain, dan kebetulan saat itu juga posisi duduk saya berada didepan tempat duduk selviani. Saya merasa kaget ketika Selviani memanggil nama saya dan menyentuh pundak saya dari belakang. Lalu saya pun berkata dengan jantung yang berdetak kencang :
“ada apa Selviani ?”
lalu dia menjawab :
“ pinjem pensil kamu boleh ?”
Saya menjawab :
“ boleh nih ambil aja”
Padahal saat itu saya hanya membawa satu pensil tapi entah kenapa saya tetap meminjamkannya. Perasaan saya sangat berbunga-bunga, ya meskipun dia berbicara kepada saya hanya untuk meminjam pensil. karena jarang sekali ada cewek cantik yang mau berbicara sama saya melihat kondisi saya yang hitam, kurus, botak saat itu.
            Sampai pada akhirnya waktunya kelulusan sekolah dasar, banyak pengalaman dan perubahan yang saya alami, mulai dari yang anti sosial sampai menjadi anak yang mudah berteman, pokoknya dari buruk menjadi baik. Termasuk kondisi fisik saya yang dulu hitam, kucel, botak menjadi anak yang sudah bisa menggayakan model rambut dan kulit saya pun berubah menjadi agak putih. Waktu memang bisa mengubah segalanya.