- Masa kecil
Cerita
ini diawali dari saat saya masih kecil, saat itu saya masih anak pertama tanpa
ada saudara. Saya adalah anak yang pendiam, dimana di kehidupan saya hanya
melakukan aktifitas didalam rumah mulai dari makan, tidur, bermain video game,
menonton tv, dan aktifitas lainnya yang dilakukan didalam rumah. Berbeda dengan
anak-anak tetangga yang lain di saat usia yang sama seperti saya mereka sudah
berbaur dengan teman yang lainnya yang rumahnya bersebelahan satu sama lain. Jika
dipikir-pikir kadang saya merasa heran sendiri, karena secara saya adalah anak
yang pendiam dan kehidupan saya saat itu monoton didalam rumah dan juga sempat terpikir
dibenak saya seperti :
“kenapa
kok kulit saya hitam ? padahal saya selalu berada didalam rumah, biasanya yang
jarang terkena sinar matahari kulitnya putih-putih.”
Dan harus
saya akui bahwa saat saya masih kecil itu hitam, jelek, botak tapi tolong untuk
yang membaca jangan terlalu over membayangkan bagaimana jeleknya saya saat itu
karena jeleknya saya tidak parah-parah amat kok. Karena kehidupan saya yang terisolasi
dari dunia luar membuat saya agak canggung jika ada anak yang usianya sebaya dengan
saya berkunjung ke rumah saya bersama orang tuanya. Orang tua kita saling memperkenalkan
satu sama lain agar kita bisa berteman. Yang saya lakukan saat itu adalah memandang
anak tersebut dengan tatapan keheranan. Saya berpikir “kenapa ada anak seperti
ini ?, kenapa tinggi kita sama ?, berasal dari mana ini anak ?”. Mungkin inilah
akibat tidak tersentuh kehidupan sosial diluar rumah. Dan pada akhirnya kita
berteman dan itu menjadikan dia sebagai teman pertama saya, dan sampai cerita ini
dibuat saya tidak dapat mengingat siapa teman pertama saya saat itu, karena dia
berkunjung kerumah saya hanya beberapa hari setelah itu mereka pergi dan saya
pun melupakannya.
Pendaftaraan sekolah dasar pun dibuka, saya
yang berusia 7 tahun sudah siap untuk menempuh jenjang pendidikan. Sama pada
setiap anak lainnya saat pertama kali masuk sekolah mereka terkesan malu-malu,
ada yang nangis, ada yang tidak mau masuk kelas, ada yang minta ditemanin oleh
orang tuanya saat didalam kelas dan lain-lain. Saya termasuk anak yang ingin
ditemanin orang tua saat hari pertama sekolah. Dan untungnya saat itu pihak
dari sekolah memberikan toleransi kepada orang tua untuk menemani anaknya
belajar didalam kelas namun untuk hari ini saja. Dihari berikutnya, mungkin
sebuah malapetaka buat saya, dimana saya adalah anak yang anti sosial dan
tiba-tiba harus bersosialisasi dengan teman-teman satu kelas, orang tua tidak
diizinkan masuk ke kelas. Mati gaya adalah dua kata yang saya alami hari itu. Masih
teringat jelas beberapa anak dengan tampilan yang khas dan juga aneh, seperti anak yang selalu mengeluarkan ingus dari
hidungnya lalu menjilatnya, ada lagi anak laki-laki memakai tas barbie dan juga
ada anak yang sangat aktif dalam berbicara. Saya tidak termasuk anak dengan
ciri khas yang aneh, mungkin kalo dikategorikan ciri khas saya adalah anak yang
super pendiam. Dan yang paling ingat dari semua kejadian saat baru pertama
masuk sekolah adalah saat dimana saya harus memperkenalkan diri didepan kelas
dihadapan seluruh teman-teman saya. Mau tidak mau saya pun mengikuti nya, dan
yang terjadi adalah semua badan gemetaran, mulut kaku tak bisa mengeluarkan
kata-kata apapun, saya sudah terlihat seperti anak autis yang hanya bisa
berdiri didepan sambil mengeluarkan keringat karena terlalu amat gugup. Saya tidak
tahu saya harus berbuat apa, karena pada awalnya memang ini pengalaman pertama
saya. Dan akhirnya guru sang penyelamat pun membimbing saya dalam mengucapkan
kalimat perkenalan dan hari itu juga pun terlampaui. Disaat sudah beberapa bulan menjalani kehidupan sosial disekolah,
saya pun mulai terbiasa dan juga mulai bisa berinteraksi dengan teman lainnya. Satu
hal yang saya ingat dari teman saya namanya Santi adalah kejadian dimana dia
mencret didalam kelas tapi tidak segera memberi tahu guru didepan, anak-anak
yang lain pun keheranan dengan bau yang mereka cium dan akhirnya lama-kelamaan
Santi pun ketahuan dan akhirnya disuruh pulang oleh guru. Setelah kejadian itu
munculah sifat negatif anak-anak lainnya yaitu membully, tidak bisa dipungkiri
jika disetiap sekolah pasti ada anak yang selalu dijadikan bahan bullyan. Dan Santi
itulah yang akhirnya menjadi bahan bullyan anak-anak setiap harinya. Saya tidak
termasuk yang membully, tapi saya hanya ikut tertawa jika teman yang lain ikut
membully Santi. Memang kejam mungkin saat itu, tapi mau bagaimana pun saat itu
kita masih anak-anak belum terpikiran bagaimana perassaan orang yang dibully
yang dipikirkan hanya yang bersifat lucu-lucuan saja. Karena terlalu sering
mendapatkan bullyan dari teman-teman yang lainnya, Santi pun pindah sekolah dan
semenjak itu kegiatan membully tidak terjadi lagi didalam kelas.
Disetiap
kelas pasti selalu ada satu cewek yang paling cantik dikelas. Saya masih mengingatnya
sampai sekarang, namanya Selviani. Di masa itu lagi booming-boomingnya lagu
sheila on 7 yang berjudul Sephia, jadi dimana ada yang menyanyikan lagu itu
pasti teringat dengan Selviani. Selviani memang cantik, semua laki-laki dikelas
selalu menggodanya. Saya termasuk orang yang tertarik dengan Selviani, saya
belum mengerti apa itu cinta tapi tau apa itu pacaran karena sering menonton
tv, rasanya ingin sekali bisa seperti teman-teman yang lain yang dengan
mudahnya bicara dengan Selviani. Tapi apa daya saya yang tidak bisa berbuat
apa-apa, jangankan dengan cewek cantik yang saya suka, dengan teman baru biasa
pun saya kadang merasa canggung. Dan akhirnya ada sebuah kejadian dimana aku
berbicara dengan Selviani, saat itu posisi duduk dikelas tiap minggunya
bergantian satu sama lain, dan kebetulan saat itu juga posisi duduk saya berada
didepan tempat duduk selviani. Saya merasa kaget ketika Selviani memanggil nama
saya dan menyentuh pundak saya dari belakang. Lalu saya pun berkata dengan
jantung yang berdetak kencang :
“ada
apa Selviani ?”
lalu
dia menjawab :
“
pinjem pensil kamu boleh ?”
Saya
menjawab :
“
boleh nih ambil aja”
Padahal
saat itu saya hanya membawa satu pensil tapi entah kenapa saya tetap meminjamkannya.
Perasaan saya sangat berbunga-bunga, ya meskipun dia berbicara kepada saya
hanya untuk meminjam pensil. karena jarang sekali ada cewek cantik yang mau
berbicara sama saya melihat kondisi saya yang hitam, kurus, botak saat itu.
Sampai pada akhirnya waktunya
kelulusan sekolah dasar, banyak pengalaman dan perubahan yang saya alami, mulai
dari yang anti sosial sampai menjadi anak yang mudah berteman, pokoknya dari
buruk menjadi baik. Termasuk kondisi fisik saya yang dulu hitam, kucel, botak
menjadi anak yang sudah bisa menggayakan model rambut dan kulit saya pun
berubah menjadi agak putih. Waktu memang bisa mengubah segalanya.